Di tengah riuhnya latihan karate dan keheningan lantunan ayat-ayat suci, Muhammad Afkar Farabi berdiri sebagai sosok istimewa. Santri kelas XI Madrasah Aliyah (MA) Al-Fatah di Lembaga Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah Lampung ini bukan hanya seorang atlet karate, tetapi juga seorang hafiz yang telah menuntaskan hafalan 30 juz Al-Qur’an.
Afkar adalah atlet dari perguruan INKADO (Indonesia Karate-Do) Al-Fatah. Tahun ini, ia resmi terpilih sebagai wakil FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) Provinsi Lampung untuk bertanding dalam Kejuaraan Nasional FORKI 2025 di Pekanbaru, Riau. Ia bertolak ke lokasi kejurnas pada Selasa, 13 Mei, membawa harapan besar dari keluarga, sekolah, dan masyarakat Lampung.
Perjalanan Afkar sebagai hafiz dimulai sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI). Di bawah bimbingan para asatiz di Al-Fatah, ia menapaki jalan hafalan Al-Qur’an dengan penuh disiplin dan ketekunan. Kini, capaian 30 juz telah ia genggam, sesuatu yang bagi banyak orang tampak mustahil di usia muda.
Namun keistimewaan Afkar tak berhenti di sana. Di balik prestasinya di bidang tahfidz dan olahraga, ia juga aktif dalam organisasi sebagai mudabbir OSIS Al-Fatah. Meski disibukkan dengan jadwal latihan yang ketat, kegiatan sekolah, tanggung jawab organisasi, dan murojaah harian, ia tetap mampu menjaga hafalannya dengan baik.
Dari sosok Afkar, kita belajar bahwa kekuatan hafalan tidak ditentukan oleh banyaknya kesibukan, tetapi oleh komitmen, manajemen waktu, dan niat yang tulus. Disiplin, istiqamah, dan tekad menjadi kunci yang membentuk pondasi kuat dalam setiap langkahnya.
Di balik keberhasilan itu, ada peran penting seorang pelatih sekaligus pembina mental: Sensei Muthoharoh. Dengan penuh haru, beliau menyampaikan rasa bangga dan syukurnya atas lahirnya atlet muda seperti Afkar. Ia menegaskan bahwa pencapaian tersebut bukanlah hasil instan, tetapi buah dari kegigihan, kedisiplinan, dan berbagai bentuk pengorbanan—baik waktu, tenaga, maupun biaya.
“Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan, dan kemenangan. Jadilah seperti anak panah dan busurnya—tak bisa dipisahkan. Semakin kencang busur ditarik, semakin cepat anak panah melesat,” pesan Sensei Muthoharoh.
Muhammad Afkar Farabi membuktikan bahwa remaja hari ini mampu menjadi juara di dua medan: dunia dan akhirat. Hafalannya adalah mahkota, dan langkahnya di atas tatami menjadi bukti bahwa ruh dan raga bisa berjalan seiring, selama ada tekad dan keikhlasan.